Banyak wanita mengalami PMS saat menstruasi. Namun jika mengidap Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), Anda akan mengalami gejala-gejala yang sangat buruk. Penderita mungkin memerlukan obat atau terapi PMDD untuk mengatasinya.
Daftar Isi
Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), Apakah Itu?
Premenstrual Dysphoric Disorder adalah bentuk sindrom pramenstruasi (PMS) yang sangat parah. PMDD menimbulkan berbagai gejala emosional dan serta gejala fisik selama satu atau dua minggu sebelum menstruasi. PMDD biasanya akan hilang pada dua atau tiga hari setelah menstruasi.
Gejala PMDD
PMDD terjadi di antara saat berovulasi hingga mulai menstruasi. Selama waktu ini Anda mungkin mengalami gejala parah setiap hari, atau beberapa hari selama dalam fase tersebut. Meski sama-sama menunjukkan gejala emosi dan fisik, terdapat perbedaan PMS dan PMDD.
Tidak sama dengan PMS dimana Anda masih bisa beraktivitas, mengalami PMS paranoia seperti PMDD dapat membuat penderitanya sulit bekerja, bersosialisasi, dan menjalin hubungan yang sehat. Pada beberapa kasus, PMDD menyebabkan dampak serius, seperti anxiety, depresi, hingga menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.
Terdapat gejala yang sama dengan kepanjangan PMS bagi wanita, yaitu Premenstrual Syndrome, seperti mudah marah, lelah, dan gejala fisik. Akan tetapi, penderita PMDD mengalami gangguan yang lebih parah dan bisa berbeda untuk tiap orang. Berikut adalah gejala yang umum dirasakan:
- Rasa marah yang terus-menerus hingga mempengaruhi orang lain.
- Merasa tegang, cemas, kehilangan kontrol diri, dan mengalami serangan panik.
- Suasana hati sering berubah (mood swing), sering menangis.
- Perasaan sedih, putus asa, bahkan sampai punya pikiran untuk bunuh diri.
- Sulit berpikir dan fokus.
- Kelelahan dan rasa lemas yang berlebihan.
Apa Penyebab PMDD?
Penyebab PMDD masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, para peneliti meyakini bahwa PMDD disebabkan karena peningkatan sensitivitas terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama menstruasi. Ada penelitian yang menunjukkan kemungkinan penyebab lain dari PMDD, seperti:
- Faktor genetika.
- Kebiasaan merokok yang berdampak pada sensitivitas hormon.
- Trauma di masa lalu dan stres.
Terapi PMDD untuk Mengatasi Gejala
PMDD merupakan kondisi serius dan kronis yang memerlukan pengobatan. Diketahui penggunaan pil kontrasepsi dapat meringankan gejalanya. Beberapa terapi dan pengobatan berikut dapat membantu mengurangi keparahan gejala PMDD:
1. Perbaiki Pola Makan
Ubahlah pola makan dengan meningkatkan protein serta menurunkan gula, garam, kafein, dan alkohol. Alih-alih karbohidrat olahan, banyaklah mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti biji-bijian. Jangan pernah tinggalkan buah dan sayur dalam setiap menu makan Anda.
2. Olahraga Rutin
Melakukan aktivitas fisik secara rutin membuat tubuh kuat dan terasa rileks. Kegiatan olahraga dipercaya dapat mengurangi gejala PMDD.
3. Manajemen Stress
Anda bisa melakukan berbagai teknik relaksasi untuk meredakan stress, seperti meditasi, mandi dengan air hangat, dan menggunakan aromaterapi. Luangkan waktu untuk mengerjakan aktivitas yang Anda sukai.
4. Minum Suplemen
Anda bisa melakukan berbagai teknik relaksasi untuk
Beberapa suplemen yang bisa Anda pilih untuk meredakan gejala PMDD, antara lain Kalsium, Magnesium, Vitamin E, dan Vitamin B6.
5. Mengkonsumsi Obat Anti Inflamasi
Dikutip dari laman pafikabtanggamus.org, Obat anti inflamasi dan pereda nyeri bisa Anda beli secara bebas untuk membantu meringankan gejala fisik akibat PMDD, seperti kram, nyeri sendi, sakit kepala, sakit punggung, dan nyeri payudara.
6. Mengonsumsi Pil KB yang Aman
Selain sebagai alat kontrasepsi yang aman, pil KB kombinasi dengan kandungan Drospirenon menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi gejala PMDD.
7. Penggunaan Obat Anti Depresan
Antidepresan Sertraline, Fluoksetin, dan Paroksetin HCl yang tergolong inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) mengubah kadar serotonin di otak sehingga dapat digunakan untuk mengobati PMDD. Selain pil KB, penggunaan obat antidepresan harus berada di bawah pengawasan dokter.
Agar dapat mengelola gejala emosional dan psikologis yang dialami, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan terapis. Anda mungkin akan disarankan untuk mencoba terapi PMDD yang telah terbukti efektif bagi banyak penderita PMDD, yakni Terapi Perilaku Kognitif (CBT).