Vihara dikenal sebagai tempat beribadah untuk umat beragama Buddha dan dapat berbentuk kuil atau kompleks bangunan. Selain untuk beribadah, vihara juga sering digunakan sebagai tempat meditasi serta menggelar tradisi atau kegiatan lainnya dalam agama Buddha.
Salah satu vihara yang terkenal adalah Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang terletak di Singkawang. Indonesia kaya akan ragam budaya, tradisi, dan agama. Maka dari itu, mari mengenal lebih dalam mengenai vihara, sebagai salah satu bukti jejak Buddha di Indonesia.
Sejarah dan Fungsi Vihara
Selain sebagai tempat ibadah, vihara dulunya juga merupakan tempat tinggal, tempat menuntut ilmu, serta tempat berkumpulnya para biksu. Sementara dalam teks agama Hindu, disebutkan bahwa vihara adalah tempat tinggal sementara atau tempat perlindungan bagi para biksu untuk beristirahat ketika mengembara atau berteduh selama hujan.
Melayani fungsi penting lainnya, selama era abad pertengahan, terdapat beberapa vihara yang juga digunakan sebagai universitas Buddhis untuk para biksu menuntut ilmu.
Keberadaan vihara bisa ditelusuri melalui prasasti, di mana dari abad ke-8 sampai ke-11 terdapat 21 prasasti yang menyebut kata-kata wihara, vihara, dan biara.
Selain terdapat aula besar dan ruang-ruang kecil untuk beristirahat, bagian terpenting dari vihara adalah ruang kuil untuk beribadah. Di sini, para biksu melakukan berbagai ritual peribadatan yang bertujuan menghormati Buddha. Persembahan seperti dupa, lilin, air, dan bunga juga diletakkan di ruang ini. Aula yang tersedia di vihara juga kerap digunakan sebagai upacara penahbisan biksu baru.
Aturan Memasuki Vihara
Terdapat beberapa aturan yang perlu Anda perhatikan ketika hendak memasuki vihara. Yang pertama adalah melepas alas kaki dan topi yang bertujuan untuk menghormati umat Buddha.
Selain itu, pengunjung diharapkan untuk mematikan ponsel dan alat elektronik, serta diharapkan meminta izin terlebih dahulu jika ingin mengambil foto. Hal ini untuk menghormati tempat ibadah serta menghargai umat yang sedang melakukan sembahyang.
Mengambil foto di dalam vihara juga memiliki beberapa aturan yang cukup ketat. Misalnya, pengunjung tidak diperkenankan untuk berfoto dengan cara memunggungi Buddha, karena hal itu dianggap tidak sopan.
Dianjurkan para pengunjung untuk tidak menyentuh patung Buddha sembarangan demi menjaga kesakralan patung tersebut. Jika ingin menyentuhnya, sebaiknya Anda meminta izin terlebih dahulu kepada biksu atau pengurus vihara yang bertugas.
Anda juga dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang sopan ketika hendak masuk ke dalam vihara, yaitu pakaian yang tidak memperlihatkan pundak dan paha. Ini adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap tempat ibadah.
Perbedaan Vihara dan Klenteng
Meski sama-sama menjadi tempat beribadah, vihara dan klenteng memiliki beberapa perbedaan. Vihara lebih condong digunakan untuk umat beragama Buddha, sementara klenteng biasanya digunakan untuk beribadah umat beragama Konghucu.
Dari segi arsitektur, klenteng memiliki pengaruh Tionghoa, dengan atap bertingkat dan ornamen khas Tiongkok. Sementara vihara cenderung berarsitektur lokal meskipun terdapat pula vihara dengan pengaruh desain Tionghoa.
Selain itu, vihara biasanya hanya memiliki fungsi spiritual saja, sementara klenteng juga dijadikan sebagai tempat aktivitas sosial dan tidak hanya aktivitas spiritual.
Sudah tersebar di berbagai kota di Indonesia, saat ini vihara sering menjadi salah satu tujuan wisata religi. Dengan keindahan bangunan serta ketenangan yang dapat dirasakan, vihara tidak menjadi sekadar tempat ibadah, tapi juga menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang yang sedang mencari kedamaian batin dalam perjalanan rohani mereka.